A. ILMU PENGETAHUANTEKNOLOGI DAN
KEMISKINAN
1. Ilmu adalah suatu bentuk pemikiran
manusia yang merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang
disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang
diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu
terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang
dimilikinya.
Ilmu Pengetahuan adalah informasi yang telah dikombinasikan
dengan pemahaman dan potensi untuk menindaki; yang lantas melekat di benak
seseorang.Pada umumnya, pengetahuan memiliki kemampuan prediktif terhadap
sesuatu sebagai hasil pengenalan atas suatu pola.Manakala informasi dan data
sekedar berkemampuan untuk menginformasikan atau bahkan menimbulkan
kebingungan, maka pengetahuan berkemampuan untuk mengarahkan tindakan.Ini lah
yang disebut potensi untuk menindaki.
·
Metode ilmiah
atau proses ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan
secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta
membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam prediksi
yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut kemudian diuji dengan melakukan
eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, maka hipotesis
tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.
·
Penelitian ilmiah
berfokus pada metode yang kokoh untuk mengidentifikasi permasalahan,
mengumpulkan data, menganalisis data dan menarik kesimpulan yang valid.
Penelitian ilmiah bersifat lebih obyektif karena tidak berdasarkan pada perasaan,
pengalaman dan intuisi peneliti semata yang bersifat subyektif. Penelitian
iliah melibatkan theory construction dan theory verification.konstruksi teori
yang akan digunakan untuk mengembangkan suatu hipotesis yang relevan dengan
struktur teorinya. Selanjutnya dengan menggunakan fakta, maka hipotesis
tersebut diuji secara empiris.
·
Berpikir analisis itu contohnya Ketika Anda ingin melamar suatu pekerjaan berdasarkan
Info Kerja atau iklan online recruitment yang ada di koran dan media internet,
maka Anda akan melihat beberapa persyaratan yang diajukan oleh perusahaan yang
membuka lowongan, salah satunya adalah mampu berpikir analitis.
Kalau kita perhatikan, hampir seluruh
perusahaan yang membuka lapangan kerja menginginkan kandidat yang mampu
berpikir secara analitis. Tapi apakah Anda sudah memahami apa yang dimaksud
dengan berpikir analitis.Berpikir analitis merupakan salah satu aspek kognitif yang bekerja secara sistematis, dimana seseorang dapat menguraikan atau memisahkan suatu hal berdasarkan bagian – bagiannya sehingga mampu menemukan keterkaitan dari bagian – bagian tersebut. Seseorang yang memiliki pola pikir analitis biasanya mampu melihat suatu permasalahan secara menyeluruh sehingga Ia bisa menemukan dimana letak kesalahannya dan segera menemukan jalan keluarnya. Menurut Benjamin Bloom, seorang ahli psikologi pendidikan, pola pikir analitis menekankan pada pemecahan materi ke dalam bagian yang lebih khusus dan mendeteksi hubungan antara bagian – bagian tersebut serta menyatukannya menjadi suatu solusi atau pemecahan dari permasalahan tersebut.
·
Sintesis
merupakan bentuk lain dari kegiatan atau metode berpikir. Secara sederhana,
Russel menyatakan bahwa sintesa logik berarti menentukan makna pernyataan atas
dasar empirik. Meskipun demikian, kebenaran proposisi Russel perlu dianalisis
dengan membedah pengertian yang dikemukakan.
Secara etimologis, sintesis berasal dari
bahasa Yunani syntithenai (syn- + tithenai) yang
berarti ‘meletakkan’ atau ‘menempatkan’ (Meriam-Webster Dictionary, 2009).
Lebih lanjut, dalam suber yang sama, entri sintesis diartikan sebagai komposisi
atau kombinasi bagian-bagian atau elemen-elemen yang membentuk satu kesatuan.
Selain itu, sintesis juga diartikan sebagai kombinasi konsep yang berlainan
menjadi satu secara koheren, dan penalaran induktif atau kombinasi dialektika
dari tesis dan antitesis untuk memperoleh kebenaran yang lebih tinggi.Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) sintesis diartikan sebagai “paduan berbagai pengertian atau hal sehingga merupakan kesatuan yang selaras atau penentuan hukum yang umum berdasarkan hukum yang khusus.”Pengertian ini sejalan dengan pendapat Kattsof (1986) yang menyatakan bahwa logika sintesis adalah kegiatan berpikir logis yang melakukan penggabungan semua pengetahuan yang diperoleh untuk menyusun suatu pandangan atau konsep.Sintesis dalam filsafat merupakan kombinasi bagain atau elemen untuk menghasilkan pandangan atau sistem yang lebih legkap atau sempurna.Koherensi yang dihasilkan dianggap mampu menunjukkkan kebenaran secara lengkap daripada hanya sebagai kumpulan dari bagian-bagaian.Istilah sintesis juga merujuk pada peningkatan derajat kebenaran yang mengkombinasikan kebenaran tesis dan antitesis dalam filsafat dialektika Hegel berkebangsaan Jerman abad ke-19.Filsafat Jean-Paul Sartre menekankan jenis eksistensi sintesis.Dalam Being and Nothingness, kesadaran (pour-soi) selalu mencoba menjadi ada (en-soi), untuk mencapai sebuah sintesis sebagaimana adanya antara ke-ada-an dan ketiadaan.
Dengan demikian, jelaslah kiranya bahwa analisis dan sintesis merupakan bentuk kegiatan berpikir atau berlogika yang menggunakan bahasa dan referensinya sebagai alat bedah nalar bagi proposisi untuk menyatakan kebenaran sebuah pernyataan.
·
Berpikir
Deduktif
·
Deduksi berasal
dari bahasa Inggris deduction yang berarti penarikan kesimpulan dari
keadaan-keadaan yang umum, menemukan yang khusus dari yang umum. Deduksi
adalah cara berpikir yang di tangkap atau di ambil dari pernyataan yang
bersifat umum lalu ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan
secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus.
·
Metode berpikir
deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih
dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
·
Induksi adalah
cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau peristiwa khusus untuk
menentukan hukum yang umum. Induksi merupakan cara berpikir dimana ditarik
suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat
individual. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan
pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam
menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum (filsafat
ilmu.hal 48 Jujun.S.Suriasumantri Pustaka Sinar Harapan. 2005)
·
Berpikir induktif
adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus
ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi
fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk dari metode
berpikir induktif. (www.id.wikipedia.com)
·
Jalan induksi
mengambil jalan tengah, yakni di antara jalan yang memeriksa cuma satu bukti
saja dan jalan yang menghitung lebih dari satu, tetapi boleh dihitung semuanya
satu persatu. Induksi mengandaikan, bahwa karena beberapa (tiada semuanya) di
antara bukti yang diperiksanya itu benar, maka sekalian bukti lain yang
sekawan, sekelas dengan dia benar pula.
·
Penalaran ilmiah
pada hakikatnya merupakan gabungan dari penalaran deduktif dan induktif. Dimana
lebih lanjut penalaran deduktif terkait dengan rasionalisme dan penalaran
induktif dengan empirisme. Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara
konsisten dan kumulatif, sedangkan secara empiris ilmu memisahkan antara
pengetahuan yang sesuai fakta dengan yang tidak. Karena itu sebelum teruji
kebenarannya secara empiris semua penjelasan rasional yang diajukan statusnya
hanyalah bersifat sementara, Penjelasan sementara ini biasanya disebut
hipotesis.
·
Hipotesis ini
pada dasarnya disusun secara deduktif dengan mengambil premis-premis dari
pengetahuan ilmiah yang sudah diketahui sebelumnya, kemudian pada tahap
pengujian hipotesis proses induksi mulai memegang peranan di mana dikumpulkan
fakta-fakta empiris untuk menilai apakah suatu hipotesis di dukung fakta atau
tidak. Sehingga kemudian hipotesis tersebut dapat diterima atau ditolak.
·
Maka dapat
disimpulkan bahwa penalaran deduktif dan penalaanr induktif diperlukan dalam
proses pencarian pengetahuan yang benar.
3.Masa/era Perkembangan Teknologi
Perkembangan
peradaban manusia diiringi dengan perkembangan cara penyampaian Informasi dalam
berkomunikasi (yang selanjutnya dikenal dengan istilah teknologi informasi dan
komunikasi). Sejak zaman prasejarah, cara manusia menyampaikan informasi
berkomunikasi terus berkembang. Sampai saat ini telah banyak ditemukan
teknologi-teknologi informasi dan komunikasi yang sebagian sudah usang dan
sebagian masih terus dipakai, bahkan terus diteliti dan dikembangkan agar lebih
maju. Dibawah ini adalah sejarah perkembangannya, menurut banyak sumber yang
ada hari ini, namun tidak menutup kemungkinan untuk dilakukan penelitian lebih
lanjut agar generasi hari ini dan yang akan datang bisa mengambil pelajaran
secara akurat.
4.APA SAJA KRITERIA
SESEORANG DISEBUT MISKIN (VERSI PEMERINTAH DAN VERSI BADAN BADAN DUNIA)
Selama ini, pemerintah kerap dituduh
“berbohong” terkait sejumlah indikator perekonomian yang tersaji di ruang
publik. Pemicunya tidak lain adalah kesenjangan antara informasi yang
terwartakan melalui indikator-indikator tersebut dengan realitasyang dirasakan
oleh masyarakat.
Tak bisa ditampik, gambaran yang
diperoleh dari sejumlah indikator perekonomian kerap tidak sejalan dengan fakta
keseharian yang dirasakan oleh masyarakat.Optimisme yang tergambar lewat besaran
angka-angka statistik kerap kontradiksi dengan fakta keseharian yang dialami
oleh sebagian besar penduduk.Ambil contoh, angka kemiskinan dan pertumbuhan
ekonomi, misalnya.
Sejak tahun 2006, Badan Pusat
Statistik (BPS) selalu melaporkan bahwa kemiskinan terus menurun secara
konsisten. Sementara pada saat yang sama, publik mendapati kenyataan
sebaliknya: kondisi kemiskinan kian mengenaskan.
Fakta keseharian, yakni apa yang
dilihat sehari-hari, adalah alasan kuat yang menjadikan mereka sangsi, bahkan
tak percaya dengan besaran angka-angka kemiskinan yang dirilis oleh BPS.
Bagaimana bisa kemiskinan dikatakan menurun jumlahnya, sementara pada saat yang
sama jumlah pengemis terus meningkat? Banyak penduduk miskin mati gantung diri
karena tak kuat lagi menahan himpitan beban ekonomi? Sungguh tidak masuk akal!
Karenanya, jangan heran kalau
kepercayaan publik terhadap statistik kemiskinan BPS terus menipis.Bahkan lebih
dari itu, ada sangkaan telah terjadi manipulasi dalam penghitungannya dan telah
diramu sedemikian rupa untuk menyokong pencitraan pemerintah. Meskipun
sejatinya, statistik kemiskinan tersebut diperoleh dari hasil pendataan dan
telah melewati proses validasi ilmiah yang ketat. Publik tak mau peduli!
Kebohongan dan rekayasa.Hanya kata-kata itu yang terlintas dalam benak mereka.
Begitupula dengan pertumbuhan
ekonomi, yang dihitung dari perkembangan relatif Produk Domestik Bruto (PDB),
tentu terasa janggal kala BPS melaporkan bahwa pertumbuhan ekonomi hampir
selalu di atas 6 persen dalam beberapa tahun terakhir –sejak tahun 2006, dan
pendataan per kapita saat ini telah mencapai Rp30,8 juta per tahun, sementara
pada saat yang sama sebagian besar masyarakat justru merasa kian terpuruk
secara ekonomi, kondisi ekonomi (kesejahteraan) mereka justru kian memburuk.
Alhasil, seperti halnya angka
kemiskinan, publik pun menjadi sangsi dan tak percaya.Dan, ini bukan hanya
fenomena khas Indonesia. Di negara-negara maju pun, seperti Perancis dan
Inggris, kepercayaan publik terhadap statistik resmi (official statistics)
telah mencapai titik nadir. Di kedua negara tersebut, hanya sepertiga warga
yang percaya terhadap statistik resmi.
Bias
Sebetulnya, pemerintah tidak
berbohong terkait besaran indikator-indikator perekonomian yang disangsikan
oleh publik.Pokok persoalannya adalah pada tepat atau tidaknya
indikator-indikator tersebut ketika digunakan untuk menilai kinerja pemerintah.
PDB dan pertumbuhannya, misalnya,
selama ini, secara politis telah “disalahgunakan” sebagai proksi kesajahteraan
dan kemajuan suatu negara.Ini terjadi secara masif, termasuk di
Indonesia.Padahal, tak satu pun ahli-ahli statistik pemerintah yang memosisikan
PDB atau pertumbuhan ekonomi sebagai indikator kesejahteraan.
Bagi mereka, PDB adalah PDB, sebuah
deskripsi tentang produksi total nasional yang mungkin bermanfaat bagi
pemerintah terkait formulasi dan evaluasi kebijakan. Tidak lebih dari itu.
Simon Kuznets sendiri, sang kreator apa yang disebut sebagai neraca pendapatan
nasional (mencakup PDB), tak pernah menganggap PDB hasil ciptaannya sebagai
indikator kesejahteraan. Sebaliknya, Kuznets justru khawatir, indikator yang
sejatinya digunakan untuk merangkum aktivitas perekonomian secara agregat itu
disalahartikan sebagai indikator kesejahteraan.
Penggunaan PDB–secara tunggal–dapat
mengarah pada kesimpulan yang bias tentang arah pembangunan. Jika hanya fokus
pada peningkatan PDB atau pertumbuhan ekonomi, pemerintah bisa saja terjebak
pada kesimpulan keliru: kinerja perekonomian nasional memuaskan, sementara pada
saat yang sama realitas kehidupan masyarakat justru kian memburuk.
Sebagai indikator kinerja
pembangunan, kelemahan PDB telah lama disoal oleh para ahli ekonomi dan ahli
statistik. Kritik dan ketidakpuasan terhadap PDB telah menelorkan sejumlah
indikator lain untuk mengukur kemajuan ekonomi, seperti IPM, Indek
Kesejahteraan (Kanada), dan Indek Kebahagiaan (Thailand dan Butan).
Di tahun 2008, bahkan telah dibentuk
sebuah komisi yang bertugas meneliti akurasi dan validitas penggunaan PDB
sebagai satu-satunya indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Komisi ini diberi
nama Komisi Pengukuran Kinerja Ekonomi dan Kemajuan Sosial, yang dibentuk oleh
tiga ekonom kondang dunia, yakni Joseph Stiglitz (penerima Hadiah Nobel Ekonomi
2001), Amartya Sen (penerima Hadiah Nobel Ekonomi 1998), dan Jean- Paul
Fitoussi.
Kelemahan mendasar dari PDB adalah
ketika indikator ini merangkum aktivitas perekonomian yang begitu luas dan
kompleks hanya dalam satu angka. Amartya Sen, sang kreator Indeks Pembangunan
Manusia (IPM), menganggap hal ini terlalu vulgar.
Terang saja, ada banyak informasi
yang hilang dan tidak tergambar melalui satu angka tersebut. Misalnya, seberapa
besar kerusakan lingkungan yang terjadi sebagai akibat aktivitas ekonomi
(produksi) yang sejatinya dapat mengancam keberlanjutan pembangunan –valuasi
nilai kerusakan lingkungan selama ini luput dalam penghitungan PBD, atau siapa
saja sebetulnya yang diuntungkan dengan besaran angka PDB dan pertambahannya,
apakah seluruh masyarakat (kelompok pendapatan) atau segelintir orang saja.
Indonesia adalah contoh yang pas
terkait hal ini.Pertumbuhan ekonomi yang mengesankan kenyataannya memiliki
korelasi yang lemah dengan peningkatan kesejahteraan penduduk. PDB terus tumbuh
mengesankan, namun pada saat yang sama penurunan jumlah penduduk miskin
berjalan begitu lambat. Itupun dengan catatan, garis kemiskinan yang digunakan
terlampau rendah menurut sejumlah kalangan.
Jika ditelisik, lemahnya dampak
pertumbuhan ekonomi terhadap penurunan kemiskinan disebabkan oleh struktur
pertumbuhan ekonomi yang lebih digerakkan oleh sektor non-tradable (jasa)
ketimbang sektor tradable (riil).Padahal, sebagain
besarangkatan kerja (sekitar 60 persen) “mengais nasi” di sektor riil.
Fakta ini menjadikan distribusi
pendapatan kian timpang karena kenaikan pendapatan sebagai buah dari
pertumbuhan ekonomi hanya terjadi secara signifikan pada mereka yang bekerja di
sektor jasa.Dan ini tentu tidak tergambar pada angka –tunggal –PDB atau
pertumbuhan ekonomi. Fakta ini justru tergambar melalui indikator lain, yakni
rasio gini, yang merupakan ukuran ketimpangan distribusi pendapatan. Yang dalam
beberapa tahun terakhir nilainya terus meningkat.Saat ini, rasio gini telah
menembus rekor tertinggi, yakni sebesar 0.41.Artinya, ketimpangan distribusi
pendapatan telah memasuki skala medium.
Informasi yang diberikan oleh
perkembangan rasio gini dan kemiskinan tentu akan membuat kita
mempertimbangkan kembali jawaban dari pertanyaan: apakah pemerintah telah
berhasil mewujudkan tujuan asasi dari pembangunan, yakni terwujudnya
kesejahteraan masyarakat, dengan angka-angka PDB atau pertumbuhan ekonomi yang
mengesankan? Itulah sebab, dengan segala kelemahannya, PDB tidak dapat
digunakan sebagai satu-satunya indikator untuk menilai kinerja pemerintah.
Tetapi dibutuhkan indikator-indikator lain, seperti rasio gini yang telah
dicontohkan sebelumnya.
5.PERKEMBANGAN
AGAMA-AGAMA DI INDONESIA
Agama
yang di akaui di Indonesia:
1.ISLAM
Etika Islam datang di Indonesia, berbagai agama dan
kepercayaan seperti animisme, dinamisme, Hindu dan Budha, sudah banyak dianut
oleh bangsa Indonesia bahkan dibeberapa wilayah kepulauan Indonesia telah
berdiri kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu dan Budha. Misalnya kerajaan
Kutai di Kalimantan Timur, kerajaan Taruma Negara di Jawa Barat, kerajaan
Sriwijaya di Sumatra dan sebagainya. Namun Islam datang ke wilayah-wilayah
tersebut dapat diterima dengan baik, karena Islam datang dengan membawa
prinsip-prinsip perdamaian, persamaan antara manusia (tidak ada kasta),
menghilangkan perbudakan dan yang paling penting juga adalah masuk kedalam
Islam sangat mudah hanya dengan membaca dua kalimah syahadat dan tidak ada
paksaan.
Tentang kapan Islam datang masuk ke Indonesia, menurut kesimpulan seminar “ masuknya Islam di Indonesia” pada tanggal 17 s.d 20 Maret 1963 di Medan, Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama hijriyah atau pada abad ke tujuh masehi. Menurut sumber lain menyebutkan bahwa Islam sudah mulai ekspedisinya ke Nusantara pada masa Khulafaur Rasyidin (masa pemerintahan Abu Bakar Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib), disebarkan langsung dari Madinah.
B. Cara Masuknya Islam di Indonesia
Islam masuk ke Indonesia, bukan dengan peperangan ataupun penjajahan. Islam berkembang dan tersebar di Indonesia justru dengan cara damai dan persuasif berkat kegigihan para ulama. Karena memang para ulama berpegang teguh pada prinsip Q.S. al-Baqarah ayat 256 :
Artinya :
Tidak ada paksaan dalam agama (Q.S. al-Baqarah ayat 256)
Adapun cara masuknya Islam di Indonesia melalui beberapa cara antara lain ;
1. Perdagangan
Jalur ini dimungkinkan karena orang-orang melayu telah lama menjalin kontak dagang dengan orang Arab.Apalagi setelah berdirinya kerajaan Islam seperti kerajaan Islam Malaka dan kerajaan Samudra Pasai di Aceh, maka makin ramailah para ulama dan pedagang Arab datang ke Nusantara (Indonesia).Disamping mencari keuntungan duniawi juga mereka mencari keuntungan rohani yaitu dengan menyiarkan Islam.Artinya mereka berdagang sambil menyiarkan agama Islam.
2. Kultural
Artinya penyebaran Islam di Indonesia juga menggunakan media-media kebudayaan, sebagaimana yang dilakukan oleh para wali sanga di pulau jawa. Misalnya Sunan Kali Jaga dengan pengembangan kesenian wayang.Ia mengembangkan wayang kulit, mengisi wayang yang bertema Hindu dengan ajaran Islam. Sunan Muria dengan pengembangan gamelannya.Kedua kesenian tersebut masih digunakan dan digemari masyarakat Indonesia khususnya jawa sampai sekarang.Sedang Sunan Giri menciptakan banyak sekali mainan anak-anak, seperti jalungan, jamuran, ilir-ilir dan cublak suweng dan lain-lain.
3. Pendidikan
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang paling strategis dalam pengembangan Islam di Indonesia.Para da’i dan muballig yang menyebarkan Islam diseluruh pelosok Nusantara adalah keluaran pesantren tersebut.Datuk Ribandang yang mengislamkan kerajaan Gowa-Tallo dan Kalimantan Timur adalah keluaran pesantren Sunan Giri.Santri-santri Sunan Giri menyebar ke pulau-pulau seperti Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga ke Nusa Tenggara.Dan sampai sekarang pesantren terbukti sangat strategis dalam memerankan kendali penyebaran Islam di seluruh Indonesia.
4. Kekuasaan politik
Artinya penyebaran Islam di Nusantara, tidak terlepas dari dukungan yang kuat dari para Sultan. Di pulau Jawa, misalnya keSultanan Demak, merupakan pusat dakwah dan menjadi pelindung perkembangan Islam.Begitu juga raja-raja lainnya di seluruh Nusantara. Raja Gowa-Tallo di Sulawesi selatan melakukan hal yang sama sebagaimana yang dilakukan oleh Demak di Jawa. Dan para Sultan di seluruh Nusantara melakukan komunikasi, bahu membahu dan tolong menolong dalam melindungi dakwah Islam di Nusantara.Keadaan ini menjadi cikal bakal tumbuhnya negara nasional Indonesia dimasa mendatang.
Tentang kapan Islam datang masuk ke Indonesia, menurut kesimpulan seminar “ masuknya Islam di Indonesia” pada tanggal 17 s.d 20 Maret 1963 di Medan, Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama hijriyah atau pada abad ke tujuh masehi. Menurut sumber lain menyebutkan bahwa Islam sudah mulai ekspedisinya ke Nusantara pada masa Khulafaur Rasyidin (masa pemerintahan Abu Bakar Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib), disebarkan langsung dari Madinah.
B. Cara Masuknya Islam di Indonesia
Islam masuk ke Indonesia, bukan dengan peperangan ataupun penjajahan. Islam berkembang dan tersebar di Indonesia justru dengan cara damai dan persuasif berkat kegigihan para ulama. Karena memang para ulama berpegang teguh pada prinsip Q.S. al-Baqarah ayat 256 :
Artinya :
Tidak ada paksaan dalam agama (Q.S. al-Baqarah ayat 256)
Adapun cara masuknya Islam di Indonesia melalui beberapa cara antara lain ;
1. Perdagangan
Jalur ini dimungkinkan karena orang-orang melayu telah lama menjalin kontak dagang dengan orang Arab.Apalagi setelah berdirinya kerajaan Islam seperti kerajaan Islam Malaka dan kerajaan Samudra Pasai di Aceh, maka makin ramailah para ulama dan pedagang Arab datang ke Nusantara (Indonesia).Disamping mencari keuntungan duniawi juga mereka mencari keuntungan rohani yaitu dengan menyiarkan Islam.Artinya mereka berdagang sambil menyiarkan agama Islam.
2. Kultural
Artinya penyebaran Islam di Indonesia juga menggunakan media-media kebudayaan, sebagaimana yang dilakukan oleh para wali sanga di pulau jawa. Misalnya Sunan Kali Jaga dengan pengembangan kesenian wayang.Ia mengembangkan wayang kulit, mengisi wayang yang bertema Hindu dengan ajaran Islam. Sunan Muria dengan pengembangan gamelannya.Kedua kesenian tersebut masih digunakan dan digemari masyarakat Indonesia khususnya jawa sampai sekarang.Sedang Sunan Giri menciptakan banyak sekali mainan anak-anak, seperti jalungan, jamuran, ilir-ilir dan cublak suweng dan lain-lain.
3. Pendidikan
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang paling strategis dalam pengembangan Islam di Indonesia.Para da’i dan muballig yang menyebarkan Islam diseluruh pelosok Nusantara adalah keluaran pesantren tersebut.Datuk Ribandang yang mengislamkan kerajaan Gowa-Tallo dan Kalimantan Timur adalah keluaran pesantren Sunan Giri.Santri-santri Sunan Giri menyebar ke pulau-pulau seperti Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga ke Nusa Tenggara.Dan sampai sekarang pesantren terbukti sangat strategis dalam memerankan kendali penyebaran Islam di seluruh Indonesia.
4. Kekuasaan politik
Artinya penyebaran Islam di Nusantara, tidak terlepas dari dukungan yang kuat dari para Sultan. Di pulau Jawa, misalnya keSultanan Demak, merupakan pusat dakwah dan menjadi pelindung perkembangan Islam.Begitu juga raja-raja lainnya di seluruh Nusantara. Raja Gowa-Tallo di Sulawesi selatan melakukan hal yang sama sebagaimana yang dilakukan oleh Demak di Jawa. Dan para Sultan di seluruh Nusantara melakukan komunikasi, bahu membahu dan tolong menolong dalam melindungi dakwah Islam di Nusantara.Keadaan ini menjadi cikal bakal tumbuhnya negara nasional Indonesia dimasa mendatang.
2.KRISTEN
Sejarah Agama Kristen di Indonesia
Perkembangan Agama Kristen di Indonesia dapat dibagi menjadi 3 zona waktu.
1. Sebelum kolonialisme Belanda
2. Saat kolonialisme Belanda
3.Setelah kolonialisme Belanda
Sebelum Kolonialisme Belanda
Agama Katolik untuk pertama kalinya masuk ke Indonesia pada bagian pertama abad ke-7 di Sumatera Utara. Kota Barus yang dahulu disebut Pancur dan saat ini terletak di dalam Keuskupan Sibolga di Sumatera Utara adalah tempat kediaman umat Katolik tertua di Indonesia
Saat Kolonialisme Belanda
Kristen Katolik tiba di Indonesia saat kedatangan bangsa Portugis, yang kemudian diikuti bangsa Spanyol yang berdagang rempah-rempah, Katolik Roma pertama tiba pada tahun 1534, di kepulauan Maluku melalui orang Portugis yang dikirim untuk eksplorasi. Fransiskus Xaverius, misionaris Katolik Roma dan pendiri Ordo Yesuit bekerja di kepulauan Maluku pada tahun 1546 sampai tahun 1547. Namun ketika Belanda mengalahkan Portugis tahun 1605, Belanda mengusir misionari-misionari Katolik dan memperkenalkan Kristen Protestan (dari aliran Calvinist Dutch Reformed Church), sehingga terpengaruh pada ajaran Calvinisme dan Lutheran.
Perkembangan Kekristenan di Indonesia pada jaman itu cukup lambat.Hal ini dikarenakan ajaran Calvinist merupakan aliran agama Kristen yang memerlukan pendalaman Alkitab yang mendalam, sementara edisi Alkitab saat itu belum ada yang berbahasa Indonesia (bahasa Belanda).Lagipula, VOC sebagai kendaraan Belanda untuk masuk dan menguasai Indonesia saat itu adalah sebuah perusahaan sekuler dan bukan perusahaan yang cukup religius, sehingga tidak mendukung penyebaran agama yang dilakukan oleh misionaris Belanda sendiri.Setelah pengaruh VOC mulai tenggelam pada tahun 1799, pemerintah Belanda mulai memperbolehkan penyebaran agama dengan lebih leluasa. Orang Kristen aliran Lutheran dari Jerman yang lebih toleran dan tidak memaksa pemeluknya untuk mempelajari agama Kristen dengan sedemikian dalam, mulai memanfaatkan perijinan tersebut untuk mulai menyebarkan agama di antara orang Batak di Sumatera pada tahun 1861, dan misionari Kristen Belanda dari aliran Rhenish juga menyebarkan agama di Kalimantan Tengah dan Sulawesi Tengah
Setelah Kolonialisme Belanda
Pada abad ke 20 setelah Belanda pergi dari Indonesia, agama Kristen dan Katolik mulai berkembang pesat. Hal ini dimulai oleh sebuah keadaan pada tahun 1965, ketika terjadi peralihan kekuasaan Presiden Soekarno kepada Presiden Soeharto.Saat itu, Komunisme (dan Atheisme) merupakan hal yang dilarang oleh pemerintah.Semua orang-orang yang tidak beragama, langsung dicap Atheis, dan dengan demikian sangat mudah untuk dituduh sebagai pengikut Komunis.Saat itu, gereja dari berbagai aliran mengalami pertumbuhan jemaat yang pesat, terutama dari orang-orang (sebagian besar beretnis Tionghoa yang berasal dari Cina, yang merupakan negara Komunis) yang merasa tidak nyaman dengan kebijakan pemerintah mengenai Komunisme dan Atheisme pada saat itu.
Pada akhir abad ke 20 sampai awal abad 21, banyak misionaris dari Amerika yang menyebarkan aliran Evangelican dan Pentecostal. Aliran yang sering disebut "Karismatik" ini merupakan aliran yang dianggap "modern" karena menggabungkan antara Kristen tradisional, dengan pola pikir modern pada jaman ini
Perkembangan Agama Kristen di Indonesia dapat dibagi menjadi 3 zona waktu.
1. Sebelum kolonialisme Belanda
2. Saat kolonialisme Belanda
3.Setelah kolonialisme Belanda
Sebelum Kolonialisme Belanda
Agama Katolik untuk pertama kalinya masuk ke Indonesia pada bagian pertama abad ke-7 di Sumatera Utara. Kota Barus yang dahulu disebut Pancur dan saat ini terletak di dalam Keuskupan Sibolga di Sumatera Utara adalah tempat kediaman umat Katolik tertua di Indonesia
Saat Kolonialisme Belanda
Kristen Katolik tiba di Indonesia saat kedatangan bangsa Portugis, yang kemudian diikuti bangsa Spanyol yang berdagang rempah-rempah, Katolik Roma pertama tiba pada tahun 1534, di kepulauan Maluku melalui orang Portugis yang dikirim untuk eksplorasi. Fransiskus Xaverius, misionaris Katolik Roma dan pendiri Ordo Yesuit bekerja di kepulauan Maluku pada tahun 1546 sampai tahun 1547. Namun ketika Belanda mengalahkan Portugis tahun 1605, Belanda mengusir misionari-misionari Katolik dan memperkenalkan Kristen Protestan (dari aliran Calvinist Dutch Reformed Church), sehingga terpengaruh pada ajaran Calvinisme dan Lutheran.
Perkembangan Kekristenan di Indonesia pada jaman itu cukup lambat.Hal ini dikarenakan ajaran Calvinist merupakan aliran agama Kristen yang memerlukan pendalaman Alkitab yang mendalam, sementara edisi Alkitab saat itu belum ada yang berbahasa Indonesia (bahasa Belanda).Lagipula, VOC sebagai kendaraan Belanda untuk masuk dan menguasai Indonesia saat itu adalah sebuah perusahaan sekuler dan bukan perusahaan yang cukup religius, sehingga tidak mendukung penyebaran agama yang dilakukan oleh misionaris Belanda sendiri.Setelah pengaruh VOC mulai tenggelam pada tahun 1799, pemerintah Belanda mulai memperbolehkan penyebaran agama dengan lebih leluasa. Orang Kristen aliran Lutheran dari Jerman yang lebih toleran dan tidak memaksa pemeluknya untuk mempelajari agama Kristen dengan sedemikian dalam, mulai memanfaatkan perijinan tersebut untuk mulai menyebarkan agama di antara orang Batak di Sumatera pada tahun 1861, dan misionari Kristen Belanda dari aliran Rhenish juga menyebarkan agama di Kalimantan Tengah dan Sulawesi Tengah
Setelah Kolonialisme Belanda
Pada abad ke 20 setelah Belanda pergi dari Indonesia, agama Kristen dan Katolik mulai berkembang pesat. Hal ini dimulai oleh sebuah keadaan pada tahun 1965, ketika terjadi peralihan kekuasaan Presiden Soekarno kepada Presiden Soeharto.Saat itu, Komunisme (dan Atheisme) merupakan hal yang dilarang oleh pemerintah.Semua orang-orang yang tidak beragama, langsung dicap Atheis, dan dengan demikian sangat mudah untuk dituduh sebagai pengikut Komunis.Saat itu, gereja dari berbagai aliran mengalami pertumbuhan jemaat yang pesat, terutama dari orang-orang (sebagian besar beretnis Tionghoa yang berasal dari Cina, yang merupakan negara Komunis) yang merasa tidak nyaman dengan kebijakan pemerintah mengenai Komunisme dan Atheisme pada saat itu.
Pada akhir abad ke 20 sampai awal abad 21, banyak misionaris dari Amerika yang menyebarkan aliran Evangelican dan Pentecostal. Aliran yang sering disebut "Karismatik" ini merupakan aliran yang dianggap "modern" karena menggabungkan antara Kristen tradisional, dengan pola pikir modern pada jaman ini
3.
KHATOLIK
Ada dugaan bahwa agama Kristen sudah
sampai ke Indonesia lebih seribu tahun lalu.Tetapi data sejarah yang ada
mengungkapkan bahwa agama Kristen masuk ke Indonesia bersamaan dengan datangnya
bangsa barat pada Abad XVI.Kemudia orang Indonesia mulai masuk Kristen kali
pertama di Maluku, oleh pekerjaan imam Gereja Roma Katolikyang datang bersama
pedagang Portugis. Pada masa itu terjadi persaingan antar kekuatan
politik,dengan bangsa belanda yang notabennya Kristen Protestan. Persaingan itu
akhirnya dimenagkan oleh Belanda dengan perusahaan dagang VOC. Pihak portugis
terusir meninggalkan jemaat-jemaat Roma Katolik yang kemudian besarnya diprotestankan.Setelah
peristiwa ini, kemudian Gereja Protestanlah yang lebih pesat perkembangannya di
Indonesia.
Pada abad XVIII VOC bangkrut dan
membubarkan diri yang diakibatkan karena korupsi pegawainya.Kemudian pemerintah
kolonial menangani secara langsung kehidupan umat Kristen dengan membentuk
suatu gereja Protestan pemerintah-Inische Kerrk- tepatnya pada tahun
1835. Dari Inische Kerrk inilah lahir Gereja-gereja Etnis yang
besar di Indonesia bagian Timur, yaitu Gereja Masehi Injili Minahasa, gereja
Protestan Maluku, dan Gereja Masehi Injili di Timor. Jemaat-jemaat lainya
tergabung dalam satu sinode tersendiri, yaitu Gereja protestan di Indonesia
bagian Barat.
Meskipun demikian, ternyata perlahan
tapi pasti gereja katolikpun masih ikut berkembang dan masih eksis sampai sekarang.Hal
ini dibuktikan dengan jumlah gereja katolik yangterdapat di 33 (34) wilayah di
Indonesia. Dengan lebih kurang lima juta anggota Gereja.
4. HINDU
Masuknya agama Hindu ke Indonesia
terjadi pada awal tahun Masehi, ini dapat diketahui dengan adanya bukti
tertulis atau benda-benda purbakala pada abad ke 4 Masehi denngan
diketemukannya tujuh buah Yupa peningalan kerajaan Kutai di Kalimantan Timur.
Dari tujuh buah Yupa itu didapatkan keterangan mengenai kehidupan keagamaan
pada waktu itu yang menyatakan bahwa: “Yupa itu didirikan untuk memperingati
dan melaksanakan yadnya oleh Mulawarman”. Keterangan yang lain menyebutkan
bahwa raja Mulawarman melakukan yadnya pada suatu tempat suci untuk memuja dewa
Siwa. Tempat itu disebut dengan “Vaprakeswara”.
Masuknya agama Hindu ke Indonesia,
menimbulkan pembaharuan yang besar, misalnya berakhirnya jaman prasejarah
Indonesia, perubahan dari religi kuno ke dalam kehidupan beragama yang memuja
Tuhan Yang Maha Esa dengan kitab Suci Veda dan juga munculnya kerajaan yang
mengatur kehidupan suatu wilayah. Disamping di Kutai (Kalimantan Timur), agama
Hindu juga berkembang di Jawa Barat mulai abad ke-5 dengan diketemukannya tujuh
buah prasasti, yakni prasasti Ciaruteun, Kebonkopi, Jambu, Pasir Awi, Muara
Cianten, Tugu dan Lebak. Semua prasasti tersebut berbahasa Sansekerta dan
memakai huruf Pallawa.
Dari prassti-prassti itu didapatkan
keterangan yang menyebutkan bahwa “Raja Purnawarman adalah Raja Tarumanegara
beragama Hindu, Beliau adalah raja yang gagah berani dan lukisan tapak kakinya
disamakan dengan tapak kaki Dewa Wisnu”
Bukti lain yang ditemukan di Jawa
Barat adalah adanya perunggu di Cebuya yang menggunakan atribut Dewa Siwa dan
diperkirakan dibuat pada masa Raja Tarumanegara. Berdasarkan data tersebut,
maka jelas bahwa Raja Purnawarman adalah penganut agama Hindu dengan memuja Tri
Murti sebagai manifestasi dari Tuhan Yang Maha Esa.Selanjutnya, agama Hindu
berkembang pula di Jawa Tengah, yang dibuktikan adanya prasasti Tukmas di
lereng gunung Merbabu.Prasasti ini berbahasa sansekerta memakai huruf Pallawa
dan bertipe lebih muda dari prasasti Purnawarman. Prasasti ini yang menggunakan
atribut Dewa Tri Murti, yaitu Trisula, Kendi, Cakra, Kapak dan Bunga Teratai
Mekar, diperkirakan berasal dari tahun 650 Masehi.
Pernyataan lain juga disebutkan
dalam prasasti Canggal, yang berbahasa sansekerta dan memakai huduf Pallawa.
Prasasti Canggal dikeluarkan oleh Raja Sanjaya pada tahun 654 Caka (576
Masehi), dengan Candra Sengkala berbunyi: “Sruti indriya rasa”, Isinya memuat
tentang pemujaan terhadap Dewa Siwa, Dewa Wisnu dan Dewa Brahma sebagai Tri
Murti.
Adanya kelompok Candi Arjuna dan
Candi Srikandi di dataran tinggi Dieng dekat Wonosobo dari abad ke-8 Masehi dan
Candi Prambanan yang dihiasi dengan Arca Tri Murti yang didirikan pada tahun
856 Masehi, merupakan bukti pula adanya perkembangan Agama Hindu di Jawa
Tengah. Disamping itu, agama Hindu berkembang juga di Jawa Timur, yang
dibuktikan dengan ditemukannya prasasti Dinaya (Dinoyo) dekat Kota Malang
berbahasa sansekerta dan memakai huruf Jawa Kuno. Isinya memuat tentang
pelaksanaan upacara besar yang diadakan oleh Raja Dea Simha pada tahun 760
Masehi dan dilaksanakan oleh para ahli Veda, para Brahmana besar, para pendeta
dan penduduk negeri. Dea Simha adalah salah satu raja dari kerajaan
Kanjuruan.Candi Budut adalah bangunan suci yang terdapat di daerah Malang
sebagai peninggalan tertua kerajaan Hindu di Jawa Timur.
Kemudian pada tahun 929-947 munculah
Mpu Sendok dari dinasti Isana Wamsa dan bergelar Sri Isanottunggadewa, yang
artinya raja yang sangat dimuliakan dan sebagai pemuja Dewa Siwa.Kemudian
sebagai pengganti Mpu Sindok adalah Dharma Wangsa.Selanjutnya munculah
Airlangga (yang memerintah kerajaan Sumedang tahun 1019-1042) yang juga adalah
penganut Hindu yang setia.
Setelah dinasti Isana Wamsa, di Jawa
Timur munculah kerajaan Kediri (tahun 1042-1222), sebagai pengemban agama
Hindu. Pada masa kerajaan ini banyak muncul karya sastra Hindu, misalnya Kitab
Smaradahana, Kitab Bharatayudha, Kitab Lubdhaka, Wrtasancaya dan kitab
Kresnayana. Kemudian muncul kerajaan Singosari (tahun 1222-1292).Pada jaman
kerajaan Singosari ini didirikanlah Candi Kidal, candi Jago dan candi Singosari
sebagai sebagai peninggalan kehinduan pada jaman kerajaan Singosari.
Pada akhir abad ke-13 berakhirlah
masa Singosari dan muncul kerajaan Majapahit, sebagai kerajaan besar meliputi
seluruh Nusantara.Keemasan masa Majapahit merupakan masa gemilang kehidupan dan
perkembangan Agama Hindu.Hal ini dapat dibuktikan dengan berdirinya candi
Penataran, yaitu bangunan Suci Hindu terbesar di Jawa Timur disamping juga
munculnya buku Negarakertagama.
Selanjutnya agama Hindu berkembang
pula di Bali.Kedatangan agama Hindu di Bali diperkirakan pada abad ke-8.Hal ini
disamping dapat dibuktikan dengan adanya prasasti-prasasti, juga adanya Arca
Siwa dan Pura Putra Bhatara Desa Bedahulu, Gianyar. Arca ini bertipe sama
dengan Arca Siwa di Dieng Jawa Timur, yang berasal dari abad ke-8.
Menurut uraian lontar-lontar di
Bali, bahwa Mpu Kuturan sebagai pembaharu agama Hindu di Bali.Mpu Kuturan
datang ke Bali pada abad ke-2, yakni pada masa pemerintahan Udayana.Pengaruh
Mpu Kuturan di Bali cukup besar.Adanya sekte-sekte yang hidup pada jaman sebelumnya
dapat disatukan dengan pemujaan melalui Khayangan Tiga. Khayangan Jagad, sad
Khayangan dan Sanggah Kemulan sebagaimana termuat dalam Usama Dewa. Mulai abad
inilah dimasyarakatkan adanya pemujaan Tri Murti di Pura Khayangan Tiga.Dan
sebagai penghormatan atas jasa beliau dibuatlah pelinggih Menjangan
Salwang.Beliau Moksa di Pura Silayukti.
Perkembangan agama Hindu
selanjutnya, sejak ekspedisi Gajahmada ke Bali (tahun 1343) sampai akhir
abad ke-19 masih terjadi pembaharuan dalam teknis pengamalan ajaran agama. Dan
pada masa Dalem Waturenggong, kehidupan agama Hindu mencapai jaman keemasan
dengan datangnya Danghyang Nirartha (Dwijendra) ke Bali pada abad ke-16.Jasa
beliau sangat besar dibidang sastra, agama, arsitektur.Demikian pula dibidang
bangunan tempat suci, seperti Pura Rambut Siwi, Peti Tenget dan Dalem Gandamayu
(Klungkung).
Perkembangan selanjutnya, setelah
runtuhnya kerajaan-kerajaan di Bali pembinaan kehidupan keagamaan sempat
mengalami kemunduran.Namun mulai tahun 1921 usaha pembinaan muncul dengan
adanya Suita Gama Tirtha di Singaraja. Sara Poestaka tahun 1923 di Ubud
Gianyar, Surya kanta tahun1925 di SIngaraja, Perhimpunan Tjatur Wangsa Durga
Gama Hindu Bali tahun 1926 di Klungkung, Paruman Para Penandita tahun 1949 di
Singaraja, Majelis Hinduisme tahun 1950 di Klungkung, Wiwadha Sastra Sabha
tahun 1950 di Denpasar dan pada tanggal 23 Pebruari 1959 terbentuklah Majelis
Agama Hindu. Kemudian pada tanggal 17-23 Nopember tahun 1961 umat Hindu
berhasil menyelenggarakan Dharma Asrama para Sulinggih di Campuan Ubud yang
menghasilkan piagam Campuan yang merupakan titik awal dan landasan pembinaan
umat Hindu. Dan pada tahun 1964 (7 s.d 10 Oktober 1964), diadakan Mahasabha
Hindu Bali dengan menetapkan Majelis keagamaan bernama Parisada Hindu Bali dengan
menetapkan Majelis keagamaan bernama Parisada Hindu Bali, yang selanjutnya
menjadi Parisada Hindu Dharma Indonesia.
5. BUDHA
Agama Buddha bagi bangsa Indonesia
sebenarnya bukanlah agama
baru.Ratusan Tahun yang silam agama ini pernah menjadi pandangan
hidup dan kepribadian bangsa Indonesia tepatnya pada zaman kerajaan
Sriwijaya, kerajaan Maratam Purba dan keprabuan Majapahit.
Candi Borobudur, salah satu warisan kebudayaan bangsa yang amat kita
banggakan tidak lain cerminan dari kejayaan agama Buddha di zaman
lampau.
Sekitar tahun 423 M Bhiksu Gunawarman datang ke negri Cho-
Po (jawa) untuk menyebarluaskan ajaran Buddha. Ternyata ia
memperoleh perlindungan dari penguasa setempat, sehingga misinya
menyebar luaskan ajaran Buddha berjalan lancar. semua ini tercatat
di dalambuku Gunawarman dan jika di dasarkan pada buku ini maka
kemungkinan besar ia adalah seorang perintid pengembangan agama
Buddha di Indonesia pada zaman tersebut.
baru.Ratusan Tahun yang silam agama ini pernah menjadi pandangan
hidup dan kepribadian bangsa Indonesia tepatnya pada zaman kerajaan
Sriwijaya, kerajaan Maratam Purba dan keprabuan Majapahit.
Candi Borobudur, salah satu warisan kebudayaan bangsa yang amat kita
banggakan tidak lain cerminan dari kejayaan agama Buddha di zaman
lampau.
Sekitar tahun 423 M Bhiksu Gunawarman datang ke negri Cho-
Po (jawa) untuk menyebarluaskan ajaran Buddha. Ternyata ia
memperoleh perlindungan dari penguasa setempat, sehingga misinya
menyebar luaskan ajaran Buddha berjalan lancar. semua ini tercatat
di dalambuku Gunawarman dan jika di dasarkan pada buku ini maka
kemungkinan besar ia adalah seorang perintid pengembangan agama
Buddha di Indonesia pada zaman tersebut.
Agama Buddha Dalam Zaman Penjajahan
Pada zaman penjajahan Belanda, di Indonesia hanya dikenal
adanya tiga agama yakni agama Kristen Protestan, Katolik dan Islam
sedangkan agama Buddha tidak disebut-sebut. Hal ini adalah salah
satu sikap Pemerintah Kolonial Belanda waktu itu.Dengan demikian
agama Buddha dapat dikatakan sudah sima di bumi Indonesia, tetapi
secara tersirat di dalam hati nurani bangsa Indonesia, agama Buddha
masih tetap terasa antara ada dan tiada.
Pada zaman penjajahan Belanda, di Indonesia hanya dikenal
adanya tiga agama yakni agama Kristen Protestan, Katolik dan Islam
sedangkan agama Buddha tidak disebut-sebut. Hal ini adalah salah
satu sikap Pemerintah Kolonial Belanda waktu itu.Dengan demikian
agama Buddha dapat dikatakan sudah sima di bumi Indonesia, tetapi
secara tersirat di dalam hati nurani bangsa Indonesia, agama Buddha
masih tetap terasa antara ada dan tiada.
Pada zaman pemerintahan kolonial Belanda di Jakarta didirikan Perhimpunan Theosofi oleh orang-orang Belanda terpelajar.
Tujuan dari Theosofi ini mempelajari inti kebjaksanaan semua agama
dan untuk menciptakan inti persaudaraan yang universal.Theosofi
mengajarkan pula kebijaksanaan dari agama Buddha, di mana seluruh
anggota Thesofi tanpa memandang perbedaan agama, juga mempelajari
agama Buddha.Dari ceramah-ceramah dan meditasi agama Buddha yang
diberikan di Loji Theosofi di Jakarta, Bandung, Medan, Yogyakarta,
Surabaya dan sebagainya, agama Buddha mulai dikenal, dipelajari dan
dihayati.Dari sini lahirlah penganut agama Buddha di Indonesia,
yang setelah Indonesia merdeka mereka menjadi pelopor kebangkitan
kembali agama Buddha di Indonesia.
Perkembangan Agama Buddha Sejak
Kemerdekaan R.I.
Perhimpunan Theosofi y.ang bertujuan untuk membina persaudaraan
universal melalui penghayatan pengetahuan tentang semua agama
termasuk agama Buddha, telah menarik perhatian dan minat orang-orang
Indonesia terpelajar.Dari mempelajari agama Buddha kemudian
timbullah dorongan untuk menghayati dan mengamalkan ajaran agama
Buddha.Dari sinilah bermulanya orang-orang Indonesia terpelajar
mengenal agama Buddha sampai akhirnya menjadi penganut Buddha
Dharma. Orang-orang Indonesia terpelajar yang kemudian menjadi umat
Buddha melalui Theosofi antara lain M.S. Mangunkawatja, Ida Bagus
Jelanti, The Boan An, Drs. Khoe Soe Khiam, Sadono, R.A. Parwati,
Ananda Suyono, I Ketut Tangkas, Slamet Pudjono, Satyadharma, lbu
Jamhir, Ny. Tjoa Hm Hoey, Oka Diputhera dan lain-lainnya. Meskipun
theosofi tidak bertujuan untuk membangkitkan kembali agama Buddha
narnun dari theosofi ini lahir penganut agama Buddha yang kemudian
setelah Indonesia merdeka menjadi pelopor kebangkitan kembali agama
Buddha di Indonesia.Karena itu baik Perhimpunan Theosofi Indonesia
maupun Perhimpunan Pemuda Theosofi Indonesia secara tidak langsung
mempunyai andil yang besar dalam kebangkitan kembali agama Buddha di
Indonesia.
Perhimpunan Theosofi y.ang bertujuan untuk membina persaudaraan
universal melalui penghayatan pengetahuan tentang semua agama
termasuk agama Buddha, telah menarik perhatian dan minat orang-orang
Indonesia terpelajar.Dari mempelajari agama Buddha kemudian
timbullah dorongan untuk menghayati dan mengamalkan ajaran agama
Buddha.Dari sinilah bermulanya orang-orang Indonesia terpelajar
mengenal agama Buddha sampai akhirnya menjadi penganut Buddha
Dharma. Orang-orang Indonesia terpelajar yang kemudian menjadi umat
Buddha melalui Theosofi antara lain M.S. Mangunkawatja, Ida Bagus
Jelanti, The Boan An, Drs. Khoe Soe Khiam, Sadono, R.A. Parwati,
Ananda Suyono, I Ketut Tangkas, Slamet Pudjono, Satyadharma, lbu
Jamhir, Ny. Tjoa Hm Hoey, Oka Diputhera dan lain-lainnya. Meskipun
theosofi tidak bertujuan untuk membangkitkan kembali agama Buddha
narnun dari theosofi ini lahir penganut agama Buddha yang kemudian
setelah Indonesia merdeka menjadi pelopor kebangkitan kembali agama
Buddha di Indonesia.Karena itu baik Perhimpunan Theosofi Indonesia
maupun Perhimpunan Pemuda Theosofi Indonesia secara tidak langsung
mempunyai andil yang besar dalam kebangkitan kembali agama Buddha di
Indonesia.
6. KONGHUCU
Majelis
Tinggi Agama Khonghucu Indonesia
(disingkat MATAKIN) adalah
sebuah organisasi yang mengatur perkembangan agama Khonghucu di
Indonesia.Organisasi ini didirikan pada tahun 1955.
Keberadaan umat beragama Khonghucu
beserta lembaga-lembaga keagamaannya di Nusantara atau Indonesia ini sudah ada
sejak berabad-abad yang lalu, bersamaan dengan kedatangan perantau atau pedagang-pedagang
Tionghoa ke tanah air kita ini. Mengingat sejak zaman Sam Kok yang berlangsung
sekitar abad ke-3 Masehi, Agama Khonghucu telah menjadi salah satu di antara
Tiga Agama Besar di China waktu itu; lebih-lebih sejak zaman dinasti Han, atau
tepatnya tahun 136 sebelum Masehi telah dijadikan Agama Negara .
Kehadiran Agama Khonghucu di
Indonesia telah berlangsung berabad-abad lamanya, Kelenteng Ban Hing Kiong di
Manado didirikan pada tahun 1819 . Di Surabaya didirikan tempat ibadah Agama
Khonghucu yang disebut mula-mula : Boen Tjhiang Soe, kemudian dipugar
kembali dan disebut sebagai Boen Bio pada tahun 1906. Sampai dengan sekarang
Boen Bio yang terletak di Jalan Kapasan 131, Surabaya masih terpelihara dengan
baik dibawah asuhan Majelis Agama Khonghucu (MAKIN) “Boen Bio” Surabaya.
Di Sala didirikan Khong Kauw Hwee
sebagai Lembaga Agama Khonghucu pada tahun 1918. Pada tahun 1923 telah diadakan
Kongres pertama Khong Kauw Tjong Hwee (Lembaga Pusat Agama Khonghucu) di
Yogyakarta dengan kesepakatan memilih kota Bandung sebagai Pusat. Pada tanggal
25 September 1924 di Bandung diadakan Kongres ke dua yang antara lain membahas
tentang Tata Agama Khonghucu supaya seragam di seluruh kepulauan Nusantara.
Agama
Khonghucu di zaman Orde Baru
Di zaman Orde Baru, pemerintahan
Soeharto melarang segala bentuk aktivitas berbau kebudayaaan dan tradisi
Tionghoa di Indonesia.Ini menyebabkan banyak pemeluk kepercayaan tradisional
Tionghoa menjadi tidak berstatus sebagai pemeluk salah satu dari 5 agama yang
diakui.Untuk menghindari permasalahan politis (dituduh sebagai atheis dan
komunis), pemeluk kepercayaan tadi kemudian diharuskan untuk memeluk salah satu
agama yang diakui, mayoritas menjadi pemeluk agama Kristen atau Buddha.klenteng
yang merupakan tempat ibadah kepercayaan tradisional Tionghoa juga terpaksa
mengubah nama dan menaungkan diri menjadi vihara yang merupakan tempat ibadah
agama Buddha.
Agama Khonghucu di zaman orde reformasi
Seusai Orde Baru, pemeluk
kepercayaan tradisional Tionghoa mulai mendapatkan kembali pengakuan atas
identitas mereka sejak UU No 1/Pn.Ps/1965 yang menyatakan bahwa agama-agama
yang banyak pemeluknya di Indonesia antara lain Islam, Kristen, Katholik,
Hindu, Buddha dan Khonghucu.
Toleransi adalah istilah dalam konteks sosial, budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah toleransi beragama, dimana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya.
Sumber : www.wikipedia.com
Cara menhadapinya adalah : Menghormati umat beragama lain untuk beribadah sesuai dengan ajaran dari agama mereka masing – masing.
Maka dari itu kita sebagai umat beragama harus menghormati perbedaan tersebut agar kehidupan ini menjadi lebih indah dan bercorak karena adanya perbedaan tersebut.
A.
Prasangka,diskriminasi,etnosentisme
7. Apakah menurut anda di indonesia masih terjadi diskriminasi? Berikan
contohKalau menurut saya pribadi di indonesia masih cukup sering bahkan banyak tindakan diskriminasi tersebut.
Tindakan diskriminasi tersebut dapat terjadi karena di indonesia masih ada orang- orang yang tidak bisa menerima sebuah perbedaan pendapat dalam suatu hal.
Contoh dari diskriminasi tersebut adalah :Terjadi pada perempuan indonesia yang dilarang mengambil peran para pria.
Untuk lebih jelasnya silahkan buka link ini :http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/12/22/mfenaf-indonesia-masih-diskriminasi-pada-perempuan
Sumber :http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/12/22/mfenaf-indonesia-masih-diskriminasi-pada-perempuan
8. Menurut pendapat anda,apakah bangsa yahudi/israel saat ini mengamat etnosentrisme?
Kalau menurut saya pribadi israel itu masih menganut etnosentrisme.
Karena israel selalu memandang negara lain rendah dan sering menindas negara lain hanya karena masalah sempele.
Contohnya adalah : israel menyerang jalur gaza (palestina) hanya karena masalah sempele saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar